,

Ini tentang mereka yang kadang terlihat gundah.. kami yang kadang suka pusing.. yang kadang ragu untuk bahagia karena seringkali terbentur oleh standardisasi imaginer yang terlalu umum untuk diabaikan.. standardisasi yang sangat cuih-cuih.. standardisasi bikinan manusia..

Mereka dan kami adalah korban dari standardisasi yang kadang terasa kejam ini. Standardisasi yang menghubungkan antara cinta dan atau kebahagiaan dengan pasangan dan atau pernikahan.

Lalu apa kabar dengan mereka yang tak punya pasangan? Apa kabar dengan kami yang belum kunjung menikah? Mereka juga ingin cinta.. Kami juga berhak untuk bahagia..

Aku sih merindukan gegap gempita universalitas cinta.. beserta segala keragamannya. Cinta yang tidak melulu tentang kekasih.. tapi yang juga tentang keluarga, sahabat, tanah air, budaya, lingkungan, produk dalam negeri, rumpun bambu..
Aku pun mengharapkan kebahagiaan bersaing bersanding dengan Roma, karena sama-sama mempunyai begitu banyak jalan untuk mencapainya..

Masalah pasangan dan pernikahan ini penting. Mereka juga tahu, kami juga mengerti.
Kami peduli, sangat peduli.. mereka pun begitu.
Malah sampai-sampai rasanya, karena terlalu sibuk memikirkannya, hal yang penting ini kadang membuat yang terpenting justru terlupa. Sibuk mendamba pasangan, sibuk mengharap pernikahan, membuat lupa akan alasan yang mendasarinya. Membuat lupa akan cinta dan bahagia.

Padahal cinta terhampar dimana-mana.. di punggung tangan ibu kita yang kita cium setiap pagi, di kaos lucu kiriman si adik tersayang, di kartu ucapan hepi besdey yang penuh tanda-tangan kawan sekelas, di senyum para sahabat, di helai rambut anak-anak, di scoop eskrim rasa rum raisin, di awan berbentuk kodok, di kerlip bintang, di gigi tonggos kelinci-kelinci bulan, dimana-mana.....
Kita pun punya beribu-ribu alasan untuk berbahagia, setiap harinya, setiap detiknya..

Tapi standardisasi cuih-cuih tadi terlalu mendoktrinasi.. Mereka dan kami kemudian lagi-lagi menjadi terlalu sibuk dan terlalu pusing, cinta dan bahagia lagi-lagi terlupa dan tertunda.

Beberapa yang berani sukses mencinta, sukses dicinta, tanpa pasangan.. menikmati sekelilingnya yang nyata indah sambil menunggu pasangan kunjung tiba untuk menikmati cinta bersama..
Beberapa yang tidak seberani itu murung mengeluh mendamba pasangan padahal dia sungguh bertabur cinta..

Beberapa yang kuat menjawab pertanyaan-pertanyaan pernikahan dengan membalas memohon bantuan doa sambil tersenyum serta senantiasa bahagia..
Beberapa yang tidak sekuat itu terusik marah, atau terdiam berkaca-kaca padahal bahagia sungguh ada dalam peluknya..


aku percaya pasangan adalah partner yang tepat untuk menikmati cinta..
tapi bukan berarti tanpanya cinta tak bisa dinikmati..

aku percaya pernikahan adalah salah satu cara untuk menggapai kebahagiaan..
tapi bukan berarti satu-satunya cara dan tanpanya lantas jadi tak bahagia..


lenyaplah wahai standardisasi cuih-cuih.. biarkan cinta dan bahagia dinikmati semua..
aku, dia, mereka.. si pasangan, si sendiri, si menikah, si belum/tidak/tidak lagi menikah..
berikan kami hak yang sama untuk menikmati cinta dan bahagia...



Sumber : http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=127839

Posting Komentar

Chat-box