Salah satu kisah klasik dalam bidang lamaran yang terpenuhi sendiri adalah tentang sebuah komputer di Inggris yang secara kebetulan diprogram secara tidak benar. Dalam istilah akademis, komputer itu menamai kelas anak-anak "cerdas" dengan anak-anak "bodoh" dan kelas anak-anak "bodoh" dengan menjadi anak-anak "cerdas".
Dalam laporan komputer itu merupakan kriteria utama yang menciptakan paradigma para guru mengenai murid-murid mereka pada awal tahun ajaran. Ketika tata usaha akhirnya menemukan kesalahan tersebut lima setengah bulan kemudian, mereka memutuskan untuk menguji anak-anak tersebut kembali tanpa mengatakan kepada siapapun apa yang telah terjadi. Dan hasilnya ternyata menakjubkan. Anak-anak cerdas tersebut ternyata menurun secara signifikan angka test IQ-nya. Mereka dipandang dan diperlakukan sebagai anak yang terbatas secara mental, tidak mau bekerja sama dan sulit diajar. Paradigma para guru menjadi ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya.
Tetapi skor anak-anak yang dianggap bodoh ternyata naik. Para guru memperlakukan mereka seolah mereka adalah anak yang cerdas, dan energi, harapan, optimisme, serta kegairahan para guru mencerminkan harapan dan nilai indivudual yang tinggi bagi anak-anak itu. Guru-guru itu ditanya bagaimana pengalaman mereka selama beberapa minggu pertama semester tersebut. "Karena satu dan lain alasan, metode kami tidak berjalan," mereka menjawab. "Kamipun terpaksa mengubah metode kami". Informasi tersebut memperlihatkan bahwa anak-anak tersebut pandai. Jika ada yang tidak berjalan baik, maka mereka pikir itu pasti metode pengajarannya. Jadi mereka memperbaiki metodenya. Mereka proaktif, mereka bekerja dalam lingkaran pengaruh. Kemampuan pelajar yang nyata tidak lebih atau kurang daripada ketidakfleksibelan guru.
Sumber : http://katamutiara.info/tulisan.php?id=4510
Dalam laporan komputer itu merupakan kriteria utama yang menciptakan paradigma para guru mengenai murid-murid mereka pada awal tahun ajaran. Ketika tata usaha akhirnya menemukan kesalahan tersebut lima setengah bulan kemudian, mereka memutuskan untuk menguji anak-anak tersebut kembali tanpa mengatakan kepada siapapun apa yang telah terjadi. Dan hasilnya ternyata menakjubkan. Anak-anak cerdas tersebut ternyata menurun secara signifikan angka test IQ-nya. Mereka dipandang dan diperlakukan sebagai anak yang terbatas secara mental, tidak mau bekerja sama dan sulit diajar. Paradigma para guru menjadi ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya.
Tetapi skor anak-anak yang dianggap bodoh ternyata naik. Para guru memperlakukan mereka seolah mereka adalah anak yang cerdas, dan energi, harapan, optimisme, serta kegairahan para guru mencerminkan harapan dan nilai indivudual yang tinggi bagi anak-anak itu. Guru-guru itu ditanya bagaimana pengalaman mereka selama beberapa minggu pertama semester tersebut. "Karena satu dan lain alasan, metode kami tidak berjalan," mereka menjawab. "Kamipun terpaksa mengubah metode kami". Informasi tersebut memperlihatkan bahwa anak-anak tersebut pandai. Jika ada yang tidak berjalan baik, maka mereka pikir itu pasti metode pengajarannya. Jadi mereka memperbaiki metodenya. Mereka proaktif, mereka bekerja dalam lingkaran pengaruh. Kemampuan pelajar yang nyata tidak lebih atau kurang daripada ketidakfleksibelan guru.
Sumber : http://katamutiara.info/tulisan.php?id=4510
Categories:
All About Story,
Artikel,
Motivasi

Posting Komentar