, , ,

Sepenggal lagunya Murattal dalam video KKN Movie yang kubuat beberapa bulan yang lalu mengingatkanku pada masa-masa KKN.


“Bila ada yang tak sama, sampaikanlah penuh cinta….”



Catatan Akhir KKN (Kuliah Kerja Nyata)
Tiga hari pertama yang tragis. Bagaimana tidak? Dalam tiga hari saja kebersamaan kami (Squad KKN Cahaya 2010_pen), aku sudah membuat dua orang kawan subunit menangis. Cuma gara-gara persoalan kecil, kesalahpahaman.

Hmm, sebelumnya akan kuceritakan perihal KKN subunit Tegalrejo. Kami satu subunit berdelapan, empat orang putra dan empat orang putri. Komposisinya lumayan beragam, dari fakultas Farmasi, Ilmu Sosial & Politik, Teknologi Pertanian, Kehutanan, MIPA Kimia, MIPA Ilmu Komputer, dan Biologi. Wah, ramai bukan? Asalnya pun beda-beda, ada yang asli Jawa, ada pula yang luar Jawa. Delapan orang dengan delapan macam isi kepala tentunya.
Awal kebersamaan kami di desa pengabdian…

Kaku.

Masing-masing personal memperlihatkan siapa dirinya (karakternya_pen) dan prinsip-prinsip yang dipegangnya. Ada yang keras, perfeksionis, disiplin, ada pula yang sensitif, lemah lembut, juga ada yang easy going, suka bercanda, dan berbagai macam sifat lainnya. Bisa dibayangkan jika delapan orang yang punya karakter dan prinsip beragam, masing-masing mempertahankan apa yang menjadi prinsipnya, padahal kami ‘dipaksa’ untuk bekerjasama dalam sebuah tim dengan misi bernama ‘pengabdian’.

Hasilnya adalah perpecahan. Kesalahpahaman demi kesalahpahaman semakin hari semakin mengikis rasa kepercayaan kami satu sama lain. Akhirnya semua bergerak dengan semaunya sendiri.

Menyedihkan.

Hingga malam itu…

Malam yang dingin. Kami duduk bersama di halaman depan pondokan, beralaskan terpal warna hitam. Disambut gerimis kecil yang meluncur perlahan di sela-sela daun pohon sawo. Kami semua terdiam takzim, menanti titah sang Kormasit (koordinator mahasiswa subunit) untuk konsolidasi mengenai program KKN kami. Hening…

“Sebenarnya malam ini kita berencana akan rapat program. Tapi saya rasa suasana sedang tidak mendukung. Jadi, malam ini bagaimana jika kita gunakan untuk sharing-sharing saja. Kita ungkapkan apa-apa yang masih mengganjal dalam hati kita selama kebersamaan tiga hari di sini.”

Ah, seperti tiupan keras angin yang tiba-tiba memunculkan gelombang besar di laut nan tenang. Satu per satu mengalirlah apa yang selama ini kami pendam dalam hati, termasuk ketidakcocokan atau kesalahpahaman di antara kami. Meluncur deras, meliuk-liuk, naik ke atas gelombang, lalu berdebur turun bersama buih memecah batu karang.

Saling berbagi permasalahan, berkontemplasi, kemudian bersama-sama mencari solusi dalam kelapangan dada dan kesabaran seluas samudra. Kami menemukan kuncinya:

Kita memang beragam (sekali lagi beragam, bukan berbeda). Tapi tujuan kita satu saja. Maka yang kami butuhkan hanya sikap saling memahami, saling menghargai, saling menasihati, saling berlapang dada, dan berbahagia dengan keragaman kami.

Luar biasa!

Malam itu, meski kami lalui dengan dingin, kaku, bahkan dengan tetesan air mata, tapi bisa kami akhiri dengan senyum, tawa, dan pelukan persahabatan. Kami temukan satu mutiara hikmah, kenapa Tuhan menciptakan kita beragam? Karena keragaman itu indah.

Seperti pelangi selepas gerimis. Warna yang beragam itu justru membuatnya semakin indah. Coba bayangkan seandainya warna pelangi cuma satu macam saja. Pastinya tak kan pernah tercipta lagu:

“Pelangi…pelangi…

Alangkah indahmu…

Merah, kuning, hijau, di langit yang biru…”

Sejak malam itu, hari-hari kami hiasi dengan merayakan keragaman. Bersama-sama, bersatu padu dalam rangka pengabdian. Terima kasih Tuhan, atas nikmat yang Kau berikan kepada kami.




Sumber : http://puchsukahujan.wordpress.com/2010/10/13/bila-ada-yang-tak-sama-sampaikanlah-penuh-cinta/

Posting Komentar

Chat-box