,

Harusnya aku tak menerima tawarannya untuk mabuk bersama. Karena tak lagi bisa berjalan lurus, bahkan tak bisa lagi berdiri, maka ia memapahku menuju kosannya. Dan disanalah semua terjadi. Ia mengikat tangan dan menyumpal mulutku. Aku meronta saat tubuhnya mulai menyetubuhiku. Tetapi semua terlambat. Dia sudah puas. Tidurnya lelap diiringi suara isak pelanku menahan sakit pada vagina.

Ia melepaskan ikatan pada tangan dan membuka sumpal mulutku. Aku langsung berteriak membabi buta. Sampai teriakanku berhenti karena dia berujar, "Mana ada yang percaya kamu diperkosa dengan mulut berbau neraka seperti itu. Salah-salah mereka menganggapmu gila,"

Aku langsung berhenti berteriak. Berhenti menangis dan memakai bajuku lalu pergi secepatnya dari hadapan manusia laknat itu. Tuhan, mengapa aku bisa segini bodohnya! Tapi nasi sudah menjadi bubur dan dia tertawa puas melihat perempuan tolol satu lagi yang jadi korbannya.

Aku mengadu pada kekasihku. Ia jelas marah besar dan semakin menyudutkan aku sebagai wanita murahan. Mau-maunya aku minum bersamanya tanpa ada kekasihku menemani. Mau-maunya aku dipapah menuju kosan lelaki itu, sementara bisa saja aku menelepon kekasihku. Seribu alasanku dipatahkan dengan mudah olehnya. Oke, aku memang salah. Tapi ini musibah bagiku, mengapa masih terus disudutkan? Sial!

Hingga akhirnya, aku telat datang bulan. Ya Tuhan, aku tau sesuatu telah terjadi pada tubuhku. Sesuatu telah tumbuh di perutku. Aku hamil, ya, pasti aku hamil. Duh, pasti lelaki biadab itu tak sengaja mengeluarkan spermanya dalam vaginaku. Dasar laki-laki brengsek! Aku tak berhenti memaki dan menangis. Masa depanku langsung hancur. Sial!

Aku kembali curhat pada kekasihku walau aku tahu, pasti dia kembali memuntahkan makian kepadaku sebagai perempuan jalang. Namun ada kalimatnya yang membuatku ketakutan, "Gugurkan atau kamu berpisah denganku!". Ya Tuhan, cobaan apalagi ini. Aku tak mungkin bisa berpisah dengan kekasihku, karena dialah satu-satunya manusia yang memberiku suntikan dana setiap bulan. Jumlahnya bahkan sangat besar dan cukup untuk aku serta keluarga. Jika ia memutuskan aku, maka akan jadi apa aku?

"Gugurkan?" tanyaku sekali lagi

"Iya. Kamu tidak dengar?" ia membesarkan matanya.

Aku terdiam. Walau tak menyukai bagaimana proses kehamilanku, tetapi aku merasa sayang untuk mengugurkannya janin yang ada dalam rahimku ini. Bukannya apa-apa, aku pecinta berat tayangan BUSER, Patroli dan sejumlah laporan kriminal lainnya. Dan satu-satunya berita yang mampu membuat aku bersedih, kesal, sebal, marah, takut dan menangis adalah berita soal ibu yang menganiaya anak. Bila aku jadi melakukan aborsi ini, maka aku termasuk salah satu ibu yang menganiaya anak sendiri meski belum jadi manusia seutuhnya.

"Aku tak mau," ujarku pelan.

"Jadi kamu lebih memilih berpisah denganku?!" tanya kekasihku sambil menghardik.

Ya Tuhan berilah aku kekuatan sekali lagi. Ternyata aku mengangguk dengan pasti. Terima kasih, Tuhan.

"Baik kalau begitu! Tidak ada lagi uang yang akan aku berikan kepadamu. Jadi cari saja uang sendiri wanita jalang. Itu pun kalau kamu laku. Apa yang bisa diperbuat tamatan SMA sepertimu. Cuih," kekasihku meludahi tanah tempat kakiku berpijak. Aku hanya diam, lalu meloyor pergi dari hadapannya.

Ternyata aku lebih ringan melangkah. Sembari kuusap-usap perutku, air mataku menetes membayangkan 9 bulan kedepan. Akan ada seseorang yang memanggilku ibu. Akan ada seseorang yang telah mengambil setengah nyawaku, setengah hatiku, setengah jantungku dan setengah pikiranku. Ah, tak sabar rasanya. Aku harus memberitahu keluarga besarku.

Meski Ibu dan Bapakku marah besar, mereka mendukung keputusanku untuk merawat janin yang ada dalam kandungan ini. Aku diasingkan sementara di kampung, biasalah, lingkungan tempatku tinggal masih suka berkasak kusuk. Jadi, daripada membuat keluargaku menderita, lebih baik aku yang mengalah. Toh, di kampung ini aku bisa melaksanakan kegiatan yang kusukai, menjahit pakaian. Bahkan aku bisa memasarkannya kepada ibu-ibu tetangga sehingga uangnya bisa kutabung. Sementara pernik bayiku kelak, sudah kubuatkan dengan tanganku sendiri. Hemat dan hasilnya tak kalah dari baju bayi di supermarket, lho!

Tiba saatnya aku melahirkan. Dengan bantuan bidan setempat, anakku lahir selamat pada tanggal yang sama dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Aku mengucap syukur kepada Tuhan, bukan hanya anakku yang sehat dan montok, tetapi ada surprise dari pemerintah setempat bagi setiap bayi yang dilahirkan persis sama dengan perayaan kemenangan bangsa Indonesia. Lumayan, tabungan senilai Rp. 2.500.000 untuk modalku membuka usaha jahit kecil-kecilan.

Inilah berkahMU Tuhan. Saat aku tau telah melakukan dosa, aku bertaubat kepadaMU. Aku pun merasa beruntung telah Kau berikan jalan yang benar, karena memilih untuk membesarkan anakku hingga akhirnya si kecil ini menjadi curahan rahmatMU yang luar biasa.

Dan aku bisa bermimpi kembali serta menjalani hidup dengan curahan Kasih Sayang Tuhan...




Sumber : http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=22938

Posting Komentar

Chat-box